klik

Archive for 2011

Adat Jawa RUwatan


.

Dalam masyarakat Jawa, ritual ruwat dibedakan dalam tiga golongan besar yaitu :
1. Ritual ruwat untuk diri sendiri.
2. Ritual ruwat untuk lingkungan.
2. Ritual ruwat untuk wilayah.
Dalam masyarakat Jawa, ruwatan memiliki ketergantungan pada siapa yang akan melaksanakan. Jika ruwatan dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai, maka biasanya dilakukan secara besar-besaran yaitu dengan mengadakan pagelaran pewayangan. Pagelaran pewayangan ini berbeda dengan pagelaran yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran pewayangan dilakukan pada siang hari dan khusus dilakukan oleh dalang ruwat.
1. Ruwatan Diri Sendiri
Ruwatan diri sendiri dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti melakukan puasa (ajaran sinkretisme), melakukan selamatan, melakukan tapa brata. Dalam masyarakat Jawa, bertapa merupakan bentuk laku atau sering disebut lelaku. Lelaku sebagai wujud untuk membersihkan diri dari hal-hal yang bersifat gaib negatif (buruk) juga termasuk dalam ruwatan. Dengan memasukan kekuatan gaib dalam diri yang bersifat positif (baik), akan memberikan keseimbangan energi dalam tubuh. Hal ini sering dikemukakan oleh para spiritualis Jawa sebagai bentuk nasehat untuk mempelajari hal-hal yang bersifat baik.
Pada saat ini, ruwatan yang dilakukan oleh sebagaian masyarakat Jawa jauh berbeda dengan kebudayaan peninggalan pada zaman Hindu-Budha. Ruwatan lebih cenderung dilakukan dengan tidak mengatasnamakan ruwatan, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Lelaku sebagai wujud atau bentuk dari ruwatan bagi diri sendiri ini juga sering dilakukan oleh sebagian mansyarakat Jawa agar mendapatkan kebersihan jiwa.
Rituan Ruwatan Diri Sendiri Menurut Kitab Primbon Mantrawara III, Mantra Yuda
Jika orang yang merasa selalu sial, dalam kepercayaan Jawa harus melakukan upacara ruwatan terhadap diri sendiri. Ritual ruwatan ini memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Ruwatan Anggara Kencana. Kesialan yang ada dalam diri manusia dipercaya timbul dari sedulur papat limo pancer atau sebagai pemicunya berasal dari kekuatan lain (makhluk halus). Btempat keberadaan sedulur papat ini dapat dilakukan pendeteksian.
Pendeteksian yang dilakukan adalah melalui perhitungan (petungan) Jawa yaitu : Ha: 1, Na: 2, Ca: 3, Ra: 4 dan seterusnya. Pendeteksian dilakukan dengan menjumlah neptu orang tuanya dengan orang yang akan melakukan ritual ini. Jumlah keduanya kemudian dibagi 9 dan diambil sisanya. Jika sisa:
1. Bersemayam di sebelah kiri-kanan mata kanan,
2. Bersemayam di sebelah kiri-kana mata kiri,
3. Bersemayam di telinga kanan,
4. Bersemayam di telinga kiri,
5. Bersemayam di sebelah hidung kanan,
6. Bersemayam di sebelah hidung kiri,
7. Bersemayam di mulut,
8. Bersemayam di sekeliling pusar,
9. Bersemayam di kemaluan,
sebagai syarat dari ritual ini adalah mengambil sedikit darah di sekitar tempat keberadaan bersemayamnya. Darah ini akan dilabuh (dilarung). Cara mengambil darah ini adalah dengan mengunakan duri yang kemudian dioleskan pada kapas puti. Duri dan kapas nantinya akan dilabuh bersama-sama dengan syarat yang lain, berupa :
1. Beras 4 kg,
2. Slawat 1 Dirham (uang senilai emas 1 gram),
3. Ayam,
4. Teklek (sandal dari kayu, atau bisa digantikan sandal biasa),
5. Benang Lawe satu gulung,
6. Telur ayam yang baru saja keluar (belum ada sehari),
7. Gula setangkep (gula Jawa satu pasang), gula pasir 1 kg,
8. Kelapa 1 buah.
Kelapa, benang lawe, telur ayam, beserta kapas dan duri dilabuh sambil membaca mantera: “Ingsung ora mbuwang klapa lan isine, ananging mbuwang apa kang ndadekake apesing awakku”. (Aku tidak membuang kelapa beserta isinya, tetapi aku membuang apa yang menjadikan kesialan bagiku).
Selain beberapa benda yang dilarung atau dilabuh tersebut, dikrarkan untuk disedekahkan kepada siap yang dikehendakinya, sebaiknya sodaqoh kepada orang yang membutuhkan.
2. Ruwatan Untuk Lingkungan
Ruwatan yang dilakukan untuk lingkup lingkungan biasanya dilakukan dengan sebutan mageri atau memberikan pagar gaib pada sebuah lokasi. Sebagai contoh yang sering kita temui dalam masyarakat sekitar kita adalah memberikan pagar gaib. Hal semacam memberikan pagar gaib pada sebuah lokasi (anggap saja rumah) ditujukan untuk beberapa hal, antara lain :
a. Memberikan daya magis yang bersifat menahan, menolak, atau memindahkan daya (energi) negatif yang berada dalam rumah atau hendak masuk kedalam rumah. Metode semacam ini biasanya dilakukan dengan menanam tumbal yang diperlukan, misalnya kepala kerbau atau kepala kambing.
b. Memberikan pagar agar tidak dimasuki oleh orang yang hendak berniat jahat.
c. Memberikan kekuatan gaib yang bersifat mengusir atau mengurung makhluk halus yang berbeda dalam lingkup pagar gaib.
Berbagai cara memberikan pagar gaib ini dapat dilihat pada buku-buku kuno yang menceritakan pemagaran diri manusia, lingkungan dan wilayah yang cukup luas dengan kepercayaan masyarakat Jawa. Tujuan utama dilakukannya pemagaran gaib pada manusia dan pada lingkungannya ini apabila tercapai, menurut kepercayaan Jawa akan menjadikan lingkungan yang aman, sejahtera, jauh dari gangguan makhluk halus.
Pada saat ini, bentuk pemagaran gaib yang sering ditemui dalam masyarakat Jawa sekitar kita berbentuk menanam rajah, menanam tumbal, membaca doa untuk membuat pagar dan masih banyak metede lainnya. Acara atau ritual ruwatan yang ditujukan untuk memagari sebuah lokasi ini kemudian berubah dalam pelaksanaannya karena sebagian masyarakat Jawa sekarang sudah cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat ilmiah.
Ritual ruwatan dalam masyarakat Jawa yang masih berlaku biasanya adalah pemagaran gaib yang dilakukan dengan menyediakan berbagai jenis sesaji dan melakukan ritual sendiri. Penerapan ritual ruwatan tidak jauh berbeda antara satu tujuan dengan tujuan yang lain. Pelaksanaan yang umum dilakukan dalam masyarakat Jawa adalah dengan menggelar lakon pewayangan yang berisi tentang ruwatan itu sendiri. Dalang dalam menampilkan pagelarannya menyajikan salah satu dari beberapa jenis lakon.
3. Ruwatan Untuk Desa atau Wilayah Yang Luas
Disini akan dijelaskan contoh ruwatan di Kepatihan Danurejan, dari Babon Primbon Kagungan Dalem KPH Tjakraningrat (Kanjeng Raden hadipati Danureja IV).

Pada umumnya, pangruwatan Murwa Kala dilakukan dengan pagelaran pewayangan yang membawa cerita Murwa Kala dan dilakukan oleh dalang khusus memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan. Pada ritual pangruwatan, bocah sukerta dipotong rambutnya dan menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kesialan dan kemalangan sudah menjadi tanggungan dari dalang karena anak sukerta sudah menjadi anak dalang. Karena pagelaran wayang merupakan acara yang dianggap sakral dan memerlukan biaya yang cukup banyak, maka pelaksanaan ruwatan pada zaman sekarang ini dengan pagelaran wayang dilakukan dalam lingkup pedesaan atau pedusunan.
Proses ruwatan seperti yang diterangkan ini bisa ditujukan untuk seseorang yang akan diruwat, namun pelaksanaannya pada siang hari. Sedangkang untuk meruwat lingkup lingkungan, biasanya dilakukan pada malam hari. Perbedaan pemilihan waktu pelaksanaan pagelaran ditentukan melalui perhitungan hari dan pasaran.
Urut-urutan ruwatan sebagai berikut :
a. Dimulai dengan doa pembuka :
“Hong ilaheng, tata winanci awignam mastu samas sidhdhem”
b. Diteruskan dengan pembacaan cerita riwayat Sang Hyang Kala, yang disampaikan dalam bahasa Jawa dan sisampaikan mirip seperti nyanyian, tetapi juga bisa berbentuk seperti kalimat pembukaan sang dalang dalam membuka pagelaran wayang :
“Sinigeg sakathahing para jawata watak nawa sanga, pada retane Sang Hyang Pramesthi Guru kang tiba ing sela sana sewu, bentar kepara sewu, mila dalah samangka watu, dadi sajagad.
Ana sawijine yogane Sang Hyang Pramesthi Guru kang tiba telenging samodra, medal akimplik-kimplik, ing aran Sang Hyang Kamasalah, bisa ngadeg ing aranan Sang Hyang Candhusekti.
Ing kana kaidenan dening Sang Hyang Pramesthi Guru, sakathahe jawata watak nawasanga, kinen nggunturana marang Kamasalah, sakathahe guntur wedang, guntur watu, apa dene guntur geni, pada nurunake, guntur tanana, kang tumama, nora sangsaya suda, malah sangsaya gedhe kalawun-lawun. Ing kana kocap bebandhem, malar dadi pepak dandananing sarira, nulya minggah marang gagana arsa panggih lawan wong tuwanira, iya Sang Hyang Pramesthi Guru”.
c. Diteruskan dengan membaca Pakem Sontheng. Pakem ini dimulai dilagukan :
“Hong ilaheng pra yoganira Sang Hyang Kamasalah tengerannya, kang daging Sang Kemala, kadi gerah suwarane, abra lir mustika murub, amarab”.
d. Setelah Pakem Sontheng selesai, dibacakan :
“Anekak aken prabawa, ketug lindhu lan prahara, geter patertan pantara, alimaku tanpa suku, alembehan tanpa tangan, aningali tanpa netra, amyarsa tanpa karna, ambegan tanpa grana, acelathu tanpa lidah, angan-angan tanpa driya”.
e. Diteruskan dengan pasang tabeik dan membaca Kidung Sastra Pinandhati :
“Hong Ilaheng Tata winanci awighnam astu nammas siddam. Hong Ilaheng pra yoganira, sang bawana sariraku, randhu kepuh pangadhegku, kidang kancil kor tumaku, raiku lemah paesan, mataku socaning manuk, kupingku sang plempengan, cangkemku sangagunging wong, lambeku sang sarapati, utegku sang watu rejeng, ilatku sang lemah polah, janggutku sang watu sumong, guluku sang lemah dedet, selangku sang darmaraja, bauku sang lemah mraju, geger lemah gigir sapi, cangklekan lemah lempit-lempitan, dadaku sang lungka-lungka, wetengku sang lemah mendhak, susuku sang gunung kembar, penthilku sang asri kembar, wangkungku sang pacul tugel, silitku elenging landhak, kempungku tlaga mambeng, plananganku waja glijenm planangan waja binandung, pringsilan waja malela, uyuhku banyu pancuran, sukerke padhas cecuri, entutku mercu dadari, iduku parang teritis, riyakky pulut bendala, wentisku lemah bajangan, delamakanku lemah seta, paturonku lemah bleberan, tindhakku lindhu prahara, geter pater panebaku, awedi kang buta kabeh, sawedana Durga Kala, sawedana kertidara, tumurun ingsung madya, wowor ing dewata muja, ajiku sang ata ati, amaraja nata wuwusku, amahraja ta ajiku, Ya Yamaraja, Ya Jaramaya, Ya Yamarani, Ya Niramaya, Ya Yasilapa, Ya Palasiya, Ya Yamidora, Ya Rodomiya, Ya Yamidosa, Ya Sadomiya, Ya Yadayuda, Ya Dayudaya, Ya Yasiyaca, Ya Cayasiya, Ya Yasihama, Ya Mahasiya.
Yanyangsiyu yusinyangya, yanyangasiyu yusinyangya, yajasiyu yusijaya, yadangsiyu yusidangya, yawangsiyu yusiwangya, yasangsiyu yusisangya, yatangisiyu yusitangya, yadangsiyu yusidangya, yakangsiyu yusikangya, arangsiyu yusirangya, yacangsiyu yusicangya, yanangsiyu yusirangya, yacangsiyu yusicangya, yanangsiyu yusinangya, yahangsiyu yusihangya, yahangsiyu yusihangya”.
Diteruskan dengan membaca atau amateg sastra yang ada di langit-langit mulut (telak) Bethara Kala. Sastra ini menjadi pepingitan (peringatan) di jawata (menjadi hal yang dirahasiakan) tidak boleh dibacakan keras-keras uleh sang dalang. Hal ini dilakukan sambil menundukkan kepala dan tampak seperti mengheningkan cipta dengan menyanyikan lagi dandhanggula.
“Jatiswara, swaraning pamisik, lamun sira miwiti amaca, kawruhana kamulane, kembang cempaka kudhup, sari mulya kang bayu manjing, manjing sang bayu mulya, purnama kang bayu, abali sang bayu mulya, sabda idep-idepa marang kang yogi, ketawang kapigesang

http://alangalangkumitir.wordpress.com/category/ruwatan/

POTENSI PENDIDIKAN,WISATA DAN BUDAYA DI KUDUS,PATI,JEPARA,DEMAK SERTA PERMASALAHANNYA


.

Membahas tentang Kudus, Pati, Jepara, dan Demak memang tidak pernah lepas dari perbandingan mengenai seluk- beluk kota tersebut dari berbagai sudut pandang. Pasalnya, hubungan kota- kota ini sangat erat jika dibandingkan hubungan- hubungan kota tersebut dengan kota lain. Hal itu tidak lain adalah karena jika dilihat dari segi wilayah, dapat dikatakan bahwa kota- kota ini bertetanggaan. Selain itu, jarak antara kota- kota ini relatif dekat. Secara geografis, keempat kota ini berada di sebelah selatan Laut Jawa, tepatnya di provinsi Jawa Tengah bagian utara.

Dari segi komposisi penduduk, keempat kota ini memiliki banyak kesamaan jika ditinjau dari faktor kesukuan, pola tingkah laku dan pola persebaran penduduk. Tetapi, jika dinalar, dari banyaknya kesamaan, pasti ada perbedaan sekecil apapun itu. Misalnya, aspek kualitas sumber daya manusia, mata pencaharian dominan, adat- istiadat, dan lain sebagainya. Harus diingat, perbedaan diciptakan Tuhan bukan untuk digunakan sebagai faktor pemicu perselisihan, kecemburuan sosial maupun kesenjangan antar sesama manusia dengan status sosial yang berbeda, melainkan agar kita dapat saling mengenal dan menghargai satu sama lain. Jika fakta yang berkembang di dalam masyarakat seperti tadi adanya, seharusnya tidak ada istilah seperti, ‘wong cilik’, kaum marjinal, kaum proletar, kaum borjuis, masyarakat akar rumput, dan sebutan serupa yang mengarah pada kasta- sentris.

Yang harus diperhatikan oleh segenap elemen masyarakat, suasana yang kondusif di keempat kota ini wajib dijaga agar tidak terpecah-belah oleh imperialisme modern, baik yang kasat mata ataupun tidak. Jangan sampai politik divide et impera lahir kembali merusak tatanan sistem dan suasana yang indah, aman, religius, dan bernuansa global ini.

Pokok permasalahan yang paling tepat untuk kita telaah dan kita kaji dalam wacana mengenai Kudus, Pati, Jepara, dan Demak ini adalah tentang potensi pendidikan, wisata dan budaya serta permasalahannya. Baik pendidikan, wisata dan budaya, ketiga-tiganya memiliki saling keterkaitan.

Di dalam pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal sama-sama memuat akan tuntutan memelihara kebudayaan dan lingkungan. Di sinilah wisata tercipta, di tengah-tengah lingkungan dan kebudayaan yang berkembang oleh, dari dan untuk segenap komponen masyarakat. Dalam dunia pendidikan, perlu digalakkan usaha memperluas wawasan kultural. Baik kalangan elite maupun kalangan menengah ke bawah. Lebih- lebih kalangan elite yang dapat menimbulkan dampak trend- setters. Mereka mestinya justru dapat membuktikan bahwa di balik kosmetika materialistik mereka tersimpan kejiwaan yang peka terhadap hal ihwal kultural. Itu semua tak lain adalah agar tercipta perwujudan cita-cita kebangsaan (nationhood), itulah terutama menjadi andalan pengembangan kebudayaan, bukan untuk sekadar kehidupan bernegara (statehood).

Dikotomi “Timur- Barat”, manifestasi budaya Barat cenderung menjadi superioritas, sedangkan budaya Timur cenderung sebagai obyek kuriositas. Jika dikaji lebih dalam, westernisasi di negara kita tidak dapat dielakkan lagi keberadaannya. Hal inilah yang membuat peminat kebudayaan asli dari bangsa kita semakin menyusut jumlahnya dari generasi ke generasi. Ironisnya, hal ini juga sudah mulai terjadi di Kudus, Pati, Jepara, dan Demak.

Tidak jarang para kaum muda menampilkan budaya sandingan (sub- culture) atau budaya muda (youth- culture) yang menjadi selera mereka saat ini. Kadang ada juga yang menampilkan budaya tandingan (counter- culture). Budaya sandingan dapat berupa perilaku dan penampilan, gaya berujar dan penggunaan bahasa sesuka hati. Sedangkan budaya tandingan dapat ditampilkan dengan ciri negativisme, sikap protes, ungkapan pembangkangan, dan lain sebagainya. Budaya ini tidak seperti budaya sandingan yang berjalan mengikuti realitas sosial budaya, tetapi merupakan oposisi dari realitas termaksud. Begitulah adanya budaya anak muda pada umumnya dan pelajar pada khususnya di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di keempat kota ini.

Pendekatan terhadap masalah- masalah seperti itu sebaiknya dipecahkan dengan pendekatan yang bersifat konsensus daripada kompromis. Konsensus yang merupakan pemufakatan bersama (sharing) lebih mengena ketimbang secara kompromis yang mengedepankan saling memberi dan menerima (give and take).

Uraian tersebut tidak lain adalah untuk mengingatkan kita akan berbagai masalah budaya dalam dunia pelajar di keempat kota termaksud. Aksi gang Nero misalnya, fenomena budaya pelajar yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Sebenarnya, hal-hal penyimpangan seperti tadi di kalangan anak muda adalah wajar, meskipun keterlaluan dan sekalipun mengesankan akan melunturkan budaya riil. Tidak perlu hal tersebut dianggap sebagai urgensi agar kita cepat- cepat sedapat mungkin meredamnya, tetapi untuk diperhatikan sebagai pedoman dalam pendekatan terhadap perilaku kaum muda.

Sebenarnya, kebudayaan itu tidak hanya identik dengan tari, adat- istiadat masyarakat di daerah, bangunan bersejarah, dan lain sebagainya. Menurut asalnya, ‘budaya’ berasal dari bahasa Sanskerta, ‘Buddayah’ yang berarti akal pikiran. Tetapi, lain lagi dengan pendapat pendiri Yayasan Tamansiswa, yakni Ki Hajar Dewantara. Menurut beliau, ‘budaya’ berasal dari dua kata, ‘budi’ dan ‘daya’ yang dapat diartikan sebagai hasil olah buah budi manusia dalam kehidupan. Tidak sampai di situ saja, Koentjoroningrat menyebutkan bahwa kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan tindakan serta karya yang dihasilkan perilaku miliknya dengan cara belajar.

Bersama dengan berubahnya cara hidup, manusia hutan semakin mampu melepaskan diri dari jeratan belantara. Manusia gunung dapat turun ke daratan yang lebih rendah dan mengikuti sungai yang ditemuinya, dalam penjelajahan itu mungkin saja ia akhirnya sampai di muaranya lalu berkenalan dengan lautan. Rakit dan biduk tidak mungkin diciptakan manusia tanpa pertemuan manusia dengan perairan, dan untuk menciptakan rakit dan biduk itu ia menemukan bahan dan bentuk yang dapat mengapung, dari sehimpunan daun- daunan hingga segelondong batang pohon.

Uraian di atas adalah rancangan dan karya manusia yang didasarkan pada pendekatan trial and error belaka. Namun jelas menggambarkan manusia sebagai satu- satunya makhluk yang berikhtiar.

Beberapa unsur yang membangun kebudayaan diantaranya: bahasa, sistem ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem peralatan hidup, mata pencaharian, religi, kesenian, sistem kekerabatan, politik, dan lain sebagainya. Berkenaan dengan hal tersebut, ada pendapat dari E. B. Taylor yang relevan, bahwa kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan kecakapan hidup.

Dapat dicermati dalam kehidupan kita sehari- hari bahwa kebudayaan menunjukkan ciri kenisbian (tidak ada ukuran baik- buruk, tinggi- rendah, dan sebagaimana untuk itu), dimiliki secara kolektif bukan individu, merupakan hasil proses belajar, adaptif, dan selalu berubah.

Melalui pendidikan dan pelatihan, kebudayaan itu diwariskan kepada generasi selanjutnya agar mampu meneruskan pendidikan melalui sosialisasi dan enkulturasi. Dalam tinjauan khusus, beberapa sekolah di daerah Kudus, Pati, Jepara, dan Demak belum sampai 50% dari sekolah yang ada di kota tersebut yang melalui sistem pendidikannya menyematkan pelajaran seni karawitan dan tari. Seharusnya, Jajaran Dinas Pendidikan di masing- masing kota memperhatikan hal ini demi melestarikan budaya Jawa yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Budaya yang berupa kesenian tradisional sangat penting untuk ditanamkan sedini mungkin dari dunia pendidikan.

Kita tidak boleh melengahkan upaya pengembangan kesenian tradisional maupun nontradisional, karena dalam bidang ini diaktualisasikan kreativitas artistik dan estetik yang tersimpan dalam manusia Indonesia sebagai manusia budaya. Pengutamaan pada penguasaan IPTEK memang suatu urgensi, tetapi dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan sendiri tidak boleh terbengkalai.

Yang perlu diketahui, bahwa sejak dulu kala Ten Local Genius (sepuluh kemampuan dasar lokal) telah berkembang dengan pesatnya. Ten Local Genius merupakan sepuluh unsur budaya asli Indonesia menurut Dr. J. Brandes. Yang termasuk Ten Local Genius diantaranya adalah sistem pertanian, sistem berlayar, sistem pengecoran, sistem astronomi, sistem kemasyarakatan, kesenian mocopat, kesenian wayang, kesenian gamelan, kesenian membatik dan menenun serta sistem perdagangan.

Klaim Malaysia atas karya dan hasil budaya Indonesia diantaranya: batik, Tari Pendhet, Reog Ponorogo, angklung dan lagu daerah Maluku 'Rasa Sayange' adalah bukti nyata adanya bangsa lain yang mengincar permata yang kita banggakan. Kita tidak boleh lengah dan pesimis karenanya, justru semua itu harus dijadikan cambuk bagi kita untuk tetap menjaga budaya yang ada dengan lebih baik lagi.

Memang, sejarah dalam mendongkrak masalah seperti itu harus diikutkan. Sebagaimana para Firaun di Mesir kuno menugasi seorang juru tulis (the Scriber) khusus untuk mencatat dan merekam sejarah mereka. Di sinilah letak tantangan bagi para sejarawan. Mereka harus bertaut dengan masa lalu dan untuk itu mereka harus dijembatani oleh rekaman jejak- jejak masa lalu, apapun bentuk jejak itu. Dalam menelusuri jalan mundur itu mereka harus sangat berhati- hati manakala membuat evaluasi dan interpretasi tentang segala temuannya. Sebagai contoh, bangsa Indonesia dapat membuktikan bahwa lagu kebangsaan Malaysia yang berjudul Negaraku, ternyata mirip lagu Terang Bulan ( lagu Indonesia rekaman tahun 50- an) dalam hal introduksi, nada dan tempo lagu. Lagu yang diciptakan oleh Syaiful Bachri itu pernah dihadiahkan oleh Presiden Soekarno berupa piringan hitam kepada Malaysia sebelum merdeka, tetapi bukan untuk dijiplak. Sehingga kini Malaysia terancam somasi dari Indonesia berkaitan dengan dugaan plagiat lagu. Malaysia mulai merdeka sejak tanggal 31 Agustus 1957, hadiah kemerdekaan dari Inggris. Lagu kebangsaan dapat dikatakan hadiah dari Presiden Indonesia. Penduduk dan anggota kerajaannya impor dari Bugis, Minang dan Siam, padahal Siam dulunya adalah bekas wilayah kerajaan Sriwijaya (lihat Angkor Wat). Jadi pelajaran yang dapat kita ambil, dalam mendirikan suatu negara tidak boleh asal-asalan agar tidak banyak menanggung problem di kemudian hari.

Pengulangan Malaysia dalam mengklaim hasil karya budaya bangsa kita sepertinya sudah merupakan aksentuasi dan konsistensi. Kita pun pastinya tidak ingin budaya- budaya di daerah Kudus, Pati, Jepara, dan Demak yang sudah lama berkembang dan tertanam di tengah masyarakat mengalami hal serupa. Tayub, Ukir Jepara dan Kretek misalnya. Sebagian besar, yakni 97 % dari hasil karya bangsa Indonesia sudah dipatenkan ke Komisi Intelectual Property Rights oleh bangsa lain. Proses pembuatan tempe misalnya, telah dipatenkan oleh Jepang. Hanya 3 % dari karya bangsa Indonesia yang terdaftar di HAKI Depatemen Kehakiman. Sungguh memprihatinkan sekali. Akar masalah dari semua ini adalah mengenai finansial, karena untuk mematenkan suatu karya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga apabila mahasiswa Indonesia telah berhasil menciptakan suatu karya yang seharusnya memuat hak cipta dan hak paten untuk itu, untuk sekadar mematenkannya mereka belum berani beranjak, hanya gara- gara soal biaya. Belum lagi kalau karya itu belum berhasil dikomersilkan oleh suatu perusahaan.

Mengenai sistem mata pencaharian, baik Kudus, Pati, Jepara, dan Demak memiliki perbedaan mata pencaharian dominan yang digeluti masyarakatnya. Misalnya, Kudus lebih tampak dengan pekerja di bidang rokok, sehingga dijuluki Kota Kretek, walaupun berjualan di kawasan wisata religi dan bordir konfeksi juga banyak dijalani oleh sebagian masyarakat di kota ini. Lain lagi dengan Pati yang menonjol dengan bidang pertaniannya, sehingga lebih terkenal dengan sebutan Bumi Mina Tani. Bercocok tanam dan berjualan di kawasan wisata religi lebih banyak digeluti masyarakat Demak, sedangkan seni mengukir lebih tepatnya banyak digeluti masyarakat Jepara.

Sistem bahasa di keempat kota ini juga tidak jauh berbeda, menggunakan bahasa Jawa dengan segenap unggah- ungguhnya. Tetapi, ada perbedaan sedikit mengenai bahasa ibu dari keempat kota ini. Misalnya saja, “piye leh?” dan “wis, go!” ucapan khas dari kota Pati. “he’e no?” lebih sering diucapkan orang Kudus. Dan “piye si?” sejumlah kawasan di Jepara memakai bahasa seperti ini, terutama di sekitar Pecangaan. Begitulah ragam bahasa yang ada di kota- kota tersebut dan akan tetap lestari sebagai bahasa ibu.

Tradisi- tradisi nenek moyang yang masih bertahan di keempat kota ini adalah antara lain: tradisi sedekah bumi, sedekah laut (bagi yang wilayahnya relatif dekat dengan pantai utara Jawa), sesajen untuk upacara adat, mitoni, menggunakan gemblong/ ketan untuk syarat pinangan, metang puluh, nyatus, nyewu, dan lain sebagainya. Ada beberapa di antara tradisi tersebut yang menimbulkan kontroversi dari kalangan masyarakat dengan sistem religinya yang fanatik. Atas nama melestarikan budaya, kontroversi tersebut masih mengambang tak terselesaikan. Semua itu wajar, mengingat komponen masyarakat kita yang majemuk dan heterogen. Dan kini semua terserah kepada kita agar kita selalu selektif dalam menentukan pilihan di tengah- tengah masyarakat adat Jawa.

Tentang kebudayaan yang berkembang di kota Kudus, Pati, Jepara, dan Demak merupakan hasil karya masyarakat yang sudah melekat dan mendarah daging di keempat kota tersebut yang berkembang selaras dengan pola perilaku masyarakat. Kebudayaan adalah setua sejarah manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial dan individu sekaligus. Penyimpulan ini tidak lebih dari konsekuensi logis dari kenyataan yang ada, ditandai dengan kebutuhan dasar yang didorong oleh nalurinya sampai dengan tahapan kehidupannya yang ditandai oleh fungsi nuraninya.

Mengenai pendidikan di kota Kudus, Pati, Jepara, dan Demak tampaknya tidak terlalu kalah saing dengan daerah- daerah di kota lain. Predikat RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) atau dalam istilah lain bernama The Pioneering International Leveling School sudah tersemat di sejumlah SMP dan SMA di keempat kota tersebut yang notabene sekolah favorit. Dasar program ini diantaranya adalah UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rata- rata sekolah yang mempunyai titel RSBI/ SBI ini sudah mempunyai sister school di belahan bumi yang lain. Adapun sister school adalah sekolah internasional yang merupakan partner dari sekolah RSBI/ SBI dengan tujuan untuk memudahkan melakukan akses dan pertukaran informasi pendidikan.

Mengenai biaya sekolah yang dipatok oleh sekolah yang memiliki program RSBI/ SBI ini dapat dikatakan mahal oleh masyarakat golongan menengah ke bawah. Plesetan "Rintihan Sekolah Bertarif Internasional" sepertinya layak disandang. Buku- buku paket MIPA yang harganya berkisar di atas 50 ribuan, uang operasional sekolah di atas 200 ribuan, masih juga disuguhi buku paket dan LKS yang lain serta iuran- iuran yang terus menguntit sepertinya sangat sulit dijangkau oleh kalangan akar rumput. Ada yang mengatakan, pengadaan program ini adalah tak lain untuk menghimpun dana bantuan dari pemerintah atas nama program tersebut. Tetapi, apapun simpang- siur itu, yang penting kemajuan pendidikan untuk mencetak generasi mendatang yang berwawasan global di keempat kota ini dapat terwujud dengan optimal sebagaimana ungkapan asing yang berbunyi ‘without learning, the wise become foolish, by learning, the foolish become wise’.

Banyak sekali program pemerintah bekerjasama dengan Jajaran Dinas Pendidikan di keempat kota ini yang sudah dijalankan, diantaranya, immersion class, yang sudah dihentikan karena seperangkat ilmu sosialnya menggunakan bahasa Inggris, sehingga dianggap terlalu memberatkan siswa. Kini immersion class telah setara dengan RSBI/ SBI. Di samping itu, di beberapa daerah terpencil juga kini mulai dibangun SD- SMP satu atap atau Sekolah Satu Atap ( SATAP ). Yang pasti, profesionalisme, pengabdian murni dan kesabaran tinggi harus betul- betul dimiliki guru yang mengajar di sekolah tersebut demi tercapainya cita- cita pendidikan. SATAP adalah salah satu usaha pemerintah untuk mengejar tercapainya target APK SMP-MTs 95 % di tahun 2008. Ini dilakukan dengan dibiayai dari dana dekonsentrasi APBN untuk tahun pertama keberadaannya di masing-masing kabupaten dan kota yang menerimanya, sedangkan untuk kemudian, tahun kedua mereka dapat melanjutkannya sendiri dengan dana APBD kabupaten/kota masing-masing.

Sekolah adalah wadah dalam dunia pendidikan yang dapat membentuk logika, kemampuan berpikir, semangat kompetitif, kreatif, dan inovatif bagi para peserta didik, menumbuhkan budaya life long learner yang memiliki life skill yang memadai dan bermutu serta sebagai obyek pengembangan afektif, kognitif dan psikomotorik. Mereka juga dirangsang agar dapat menjadi generasi masyarakat yang peduli akan pentingnya pendidikan, yakni mencermati kebijakan publik bidang pendidikan yang dibuat dengan asumsi masyarakat yang dapat dijadikan obyek.

Pembentukan OSIS, redaksi majalah sekolah, kantin kejujuran, dan organisasi lain di sekolah merupakan bukti nyata bahwa siswa tidak hanya dituntut berhasil dalam bidang akademis saja, tetapi juga diharap dapat menunjukkan perannya dalam organisasi termaksud. Khusus untuk kantin kejujuran, keberadaannya dimaksudkan agar para siswa tidak menjadi koruptor untuk kini dan nanti, karena budaya korupsi di negara kita semakin merajalela. Di Kudus, model kantin seperti ini dirintis pertama kali oleh SMP Keluarga Kudus.

Demikianlah sekilas dunia pendidikan di keempat kota tersebut, sedangkan bahasan selanjutnya adalah mengenai wisata serta permasalahannya.

Jenis- jenis obyek pariwisata yang ditawarkan dewasa ini semakin beragam, antara lain: wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner, wisata belanja, wisata umum, dan wisata minat khusus yang terdiri dari kerajinan, arsitektur khas, agrowisata, dan lain- lain.

Keberadaan obyek wisata di suatu daerah merupakan suatu anugrah yang dapat mendongkrak PAD (Pendapatan Asli Daerah), dan PAD itu sendiri dapat menjadi alat ukur kemandirian dan kemajuan suatu daerah. Tetapi juga dapat menimbulkan masalah manakala target pendapatan dari sektor pariwisata dinilai memberatkan. Sarana promosi yang masih minim membuat sebagian obyek wisata di daerah Kudus, Pati, Jepara, dan Demak jalan di tempat. Pertanyaan untuk masalah yang relevan, jadi apa fungsi dari keberadaan duta wisata di kota- kota tersebut? Karena selama ini ajang duta wisata yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah tak ubahnya sebuah ajang fashion show belaka. Padahal secara logis, seharusnya fungsi duta wisata di suatu kota adalah mengemban tugas sebagai promotor atas semua obyek wisata yang ada di daerahnya agar tetap dapat menjaga eksistensinya. Tetapi, kenyataan seperti itu belum terealisasi.

Sebagian besar pendapatan yang diterima di daerah Kudus dan Demak dari sektor wisata adalah wisata religi, meskipun di Kudus juga masih banyak terdapat obyek wisata lain seperti: Rumah Adat Kudus, Taman Krida Wisata, Tugu Identitas Kudus, Museum Kretek, dan lain- lain. Konon kabarnya, di kompleks Museum Kretek akan dibangun waterboom, hal ini menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Pasalnya, pembangunan waterboom ini menggunakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT), kemudian selain itu tidak sesuai peruntukannya sebagai sebuah museum. Sedangkan Taman Krida Wisata dan Tugu Identitas Kudus yang sebenarnya potensi kedua tempat itu adalah untuk ruang publik, menurut beberapa pihak seharusnya pengunjung tidak perlu dikenakan retribusi untuk sekadar masuk kawasan tersebut. Selain itu, mengenai permasalahan yang kemarin muncul di kawasan wisata alam Colo, yaitu tentang permintaan kejelasan dari warga berkaitan dengan sarana fisik yang masih minim, yang seharusnya didanai, ditanggung, dan diurus oleh CV Matra, sang investor. Tetapi CV Matra mengelak akan hal itu. Menurut pihak CV Matra, pembangunan sekarang ini baru ditekankan pada mental warga. Saat warga meminta kejelasan pendapatan, malah ditolak pihak CV Matra. Sikap warga memang logis, karena prosentase bagi hasil untuk warga adalah 15%, yang 55% untuk CV Matra dan selebihnya untuk pihak Perhutani sebagai pengelola lahan wisata. Tetapi sampai saat ini warga belum pernah menerima pendapatan bagi hasil tersebut. Semoga ada jalan keluar dari masalah ini, sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat menguntungkan semua pihak.

Di Jepara, permasalahan mengenai obyek wisata yang ada di kawasan Karimunjawa masih mengambang keberadaannya. Ada jual- beli pulau yang dilakukan oleh investor asing di kawasan yang notabene daerah konservasi itu. Pemerintah seharusnya menindak tegas akan masalah tersebut, karena selama ini peraturan yang berlaku sangat minim. Jadi, Karimunjawa telah mulai dikuasai pihak perorangan dan secara hukum, hal itu tidak dibenarkan.

Obyek wisata seperti Pantai Bandengan, Kawasan Wisata Alam Karimunjawa, Pantai Kartini, Museum Kartini, serta Benteng Fort XVI merupakan ikon wisata dari Bumi Kartini yang tidak kalah ramainya dengan ikon- ikon wisata yang ditawarkan di daerah lain.

Sedangkan obyek wisata yang tak kalah menariknya dengan kota lain dari Bumi Mina Tani antara lain: Gunung Rowo Indah, Gerbang Majapahit, Makam Saridin (yang setiap tanggal 14- 15 Rajab selalu ramai), Makam Kyai A. Mutamakkin, Makam Mbah Tabek Merto, Wisata Air Desa Talun, Gua Pancur di Kayen, dan lain- lain.

Ada permasalahan serius yang wajib dimengerti dan ditindaklanjuti oleh semua pihak, yaitu soal penambangan tanah fosfat di Gua Pancur , tepatnya di desa Jimbaran, kecamatan Kayen yang dilakukan secara ilegal tanpa persetujuan Dinas Perhubungan dan Pariwisata yang mengelola Gua Pancur tersebut oleh orang- orang tak bertanggungjawab termasuk sekdes Jimbaran. Semua itu dilakukan hanya untuk mengeruk keuntungan pribadi, bukannya untuk dimasukkan dalam kas desa. Rata-rata setiap harinya, hasil dari tambang tanah tersebut mencapai 30 ton yang diangkut dua truk tronton. Nilai jualnya untuk setiap tronton ditaksir Rp 4,5 juta. Kalau dihitung kemungkinannya kerugian selama ditambang dua bulan adalah Rp 100 juta. Jika hal ini dibiarkan, maka tatanan alam di kawasan tersebut akan semakin rusak.

Uraian hal ihwal pendidikan, wisata dan budaya di Kudus, Pati, Jepara, dan Demak di atas merupakan karya manusia yang mendorong ke arah terjadinya rancangan , prakarsa dan karya baru pula. Kiranya kita menyadari, sebenarnya banyak sekali permasalahan yang timbul dari tiga pokok bahasan di atas dalam era kontemporer dengan dinamika tinggi sebagaimana dewasa ini. Semoga ulasan ini tidak menimbulkan konfrontasi pikiran, melainkan mampu menggalang pendapat, opini dan komentar konstruktif dan pandangan yang masih berserakan menjadi himpunan pemikiran yanmg berharga sebagai masukan, demi terciptanya perhatian yang lebih di daerah Kudus, Pati, Jepara, dan Demak.


Username: agustin anggriani
Nama: Agustin Anggriani
No. Registrasi: KT-LM-0809001

http://www.kudusterkini.com/Lomba-Menulis/potensi-pendidikan-wisata-dan-budaya-di-kudus-pati-jepara-dan-demak-serta-permasalahannya.html

Pernikahan Adat Jawa


.



Di bumi Indonesia yang kaya akan ragam budaya, adat istiadat yang dimiliki beragam pula. Termasuk di dalamnya prosesi pernikahan.

Adat Jawa misalnya. Kebanyakan orang hanya mengenal proses siraman dan midodareni. Padahal ada beberapa proses lain yang tak kalah pentingnya. Walau terkesan njelimet, tak ada salahnya kan jika Anda mengenal lebih jauh prosesi pernikahan adat Jawa.

Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan Siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab kabul.

Ada 7 Pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari 7 mata air. Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup oleh siraman pemaes yang kemudian memecahkan kendi.

Beranjak malam, acara dilanjutkan dengan Midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara Midodareni yang digelar di kediaman perempuan ini, ada acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kabul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih di hari berikutnya.

Upacara Panggih

Usai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, di mana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemu pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan melakukan :

1. Balangan suruh
Melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih dan kesetiaan

2. Wiji dadi
Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya.

3. Pupuk
Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga.

4. Sinduran
Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga.

5. Timbang
Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

6. Kacar-kucur
Kacar-kucur yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah.

7. Dahar Klimah
Saling menyuapi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maupun senang.

8. Mertui
Orangtua mempelai perempuan menjemput orangtua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara.

9. Sungkeman
Kedua mempelai memohon restu dari kedua orangtua.

Setelah mengetahui prosesnya, apakah Anda juga tertarik menggunakan prosesi pernikahan adat Jawa ?

(diambil dari Kompas.Com)

http://www.indonesiabrides.com/articles/8209/1/Pernikahan-Adat-Jawa/Page1.html

Cara Sederhana MEnebak JEnis Kelamin Bayi


.


Tak bisa dipungkiri bila banyak calon ayah dan ibu yang sudah penasaran jenis kelamin calon bayi mereka sejak awal kehamilan. Masalahnya, jenis kelamin bayi umumnya baru bisa dilihat di layar ultrasound (USG) saat kehamilan berusia lebih dari 4 bulan. Tapi, tahukah Anda, lewat cara sederhana Anda bisa menebak jenis kelamin si jabang bayi di awal kehamilan dan tanpa USG, seperti dikutip dari laman Modern Mom. Ingin tahu caranya? Ini langkah-langkahnya:

Langkah 1
Ketika memeriksa kandungan ke dokter, coba catat jumlah denyut jantung calon bayi setiap menit. Banyak orang percaya jika detak jantungnya terdengar sampai 140 kali per menit, kemungkinan besar dia berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan jika denyut jantungnya kurang dari itu, bisa jadi perempuan.

Langkah 2
Coba perhatikan saat Anda ‘mengidam’ di awal-awal kehamilan. Jika Anda merasa selalu menginginkan makanan yang manis-manis, bersiap-siaplah memiliki anak perempuan. Sebaliknya, jika Anda menyukai yang asam dan asin selama kehamilan, ini diyakini akan melahirkan anak laki-laki.

Langkah 3
Juntaikan kalung dengan bandul di atas perut Anda. Coba perhatikan, jika cincin bergerak maju mundur, hal ini dipercaya jenis kelaminnya perempuan. Tapi, jika bergerak dalam pola lingkaran, seorang janin bayi laki-laki sedang tumbuh di dalam perut Anda.

Langkah 4
Perhatikan langkah kaki Anda saat berjalan. Jika berjalan anggun, besar kemungkinan Anda akan memiliki seorang putri. Tapi, jika Anda cenderung menjadi canggung dan lebih sering menabrak, Anda kemungkinan akan memiliki seorang putra.

Langkah 5
Ada juga yang percaya jika seorang wanita hamil mengalami mual dan muntah yang hebat, besar kemungkinan dia akan segera memiliki seorang anak perempuan. Tapi, jika saat hamil tidak terlalu mual dan muntah, bisa jadi bayinya laki-laki.

http://www.infogizi.com/372/cara-sederhana-menebak-jenis-kelamin-bayi-di-awal-kehamilan.html

Masalah Gizi DI Indonesia


.


Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI).

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.

Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 % (1989) menjadi 24,6 % (2000). Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung meningkat. Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

http://www.infogizi.com/85/masalah-gizi-di-indonesia.html

Faktor yang Menyebapkan Terjadinya Gizi Buruk


.


Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu : (1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. (2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu: (1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat; (2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak; (3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu: (1) Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak; (3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Dua Tipe Gizi Buruk (Kwasiorkor dan Marasmus)

Kwasiorkor
Memiliki ciri: (1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab; (2) pandangan mata sayu; (3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok; (4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel; (5) terjadi pembesaran hati; (6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk; (7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis); (8) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut; (9) anemia dan diare.

Marasmus
Memiliki ciri-ciri: (1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit; (2) wajah seperti orang tua; (3) mudah menangis/cengeng dan rewel; (4) kulit menjadi keriput; (5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar); (6) perut cekung, dan iga gambang; (7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang); (8) diare kronik atau konstipasi (susah buang air).

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

Fungsi Zat Gizi Bagi Tubuh Kita


.


Makanan yang dikonsumsi pertama-tama berfungsi sebagai sumber energi. Zat makanan yang dapat digunakan untuk energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang terkandung dalam zat gizi dapat diukur menggunakan alat Bomb Calorimeter disebut energi pembakaran. Karbohidrat dapat dihidrolisis menjadi glukosa yang merupakan energi utama bagi tubuh. Protein dan lemak juga dapat memproduksi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Protein mempunyai fungsi utama sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, pembentukan senyawa esensial, regulasi keseimbangan air, mempertahankan netralitas tubuh, pembentukan antibodi dan transport zat gizi. Bila kekurangan karbohidarat dan lemak dapat juga sebagai sumber energi. Lemak berperan sebagai sumber energi, memberikan rasa kenyang yang lebih lama, sebagai pembawa vitamin A,D,E,K dan dalam bahan makanan lemak akan meningkatkan rasa enak dan juga menstimulir mengalirnya cairan pencernaan.

Vitamin B dan C merupakan vitamin larut dalam air, vitamin B1 (vitamin semangat) berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk pembentukan energi (sebagai koenzim), kekurangan vitamin B1 akan menyebabkan penyakit beri-beri, kurang nafsu makan, cepat merasa lelah, kerusakan pembuluh darah dan sel saraf. Vitamin B2 berperan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino dan asam lemak. Kekurangan vitamin B2 dapat menimbulkan rasa lelah, ketidakmampuan untuk bekerja dan perubahan bibir pada dan perubahan bibir pada bagian yang kulitnya keras. Kekurangan vitamin B2 yang berlanjut dapat menurunkan ketajaman penglihatan dan mata lebih cepat merasa lelah. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan timbulnya anemia (kekurangan darah), kerena kedua macam vitamin tersebut tersangkut dalam proses sintesis sel-sel darah merah. Sebagaian anemia gizi pada wanita hamil disebabkan kerena kekurangan asam folat.

Vitamin C berperan dalam pembentukan substansi antarsel berbagai macam jaringan, serta meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan aktifitas “pagositas” sel-sel darah putih, dan meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus kecil serta transportasi zat besi dari darah (transferring)kedalam sumsum tulang (ferritin),hati dan limpa. Vitamin A berguna untuk pertumbuhan, proses penglihatan, reproduksi dan pemeliharaan sel-sel epitel. Selain vitamin A dari bahan pangan hewani, tubuh dapat juga menggunakan provitamin A (karoten) dari bahan pangan nabati yang terlebih dahulu akan diubah dalam tubuh menjadi vitamin A. Karoten yang berasal dari sayuran dan buah-buahan diperkirakan sepertiganya dapat diserap oleh usus,dan setengah dari jumlah yang diserap tersebut dapat dikonvrsikan di dalam tubuh menjadi vitamin A.

Vitamin D berperan dalam penyerapan dan metabolisme kalsium (Ca) dan fosfor (P), serta dalam pembentukan tulang dan gigi. Tubuh manusia mampu membuat vitamin D dari 7- dehidrokolesterol yang terdapat pada kulit dengan bantuan matahari (sinar ultraviolet). Kekurangan vitamin D dapat berakibat terganggunya proses pembentukan tulang dan penyakit yang ditimbulkannya dikenal dengan sebutan rakhitis. Vitamin E berperan sebagai antioksida untuk berbagai senyawa yang larut dalam lamak, misalnya vitamin A dan asam lemak tidak jenuh. Kerusakan saluran darah dan perubahan permeabilitas saluran kapilere pada kasus kekurangan vitamin E, mungkin berhubungan dengan peranannya sebagai antioksidan .Pada hewan betina,defisiensi vitamin E dapat menyebabkan terjadinya keguguran. Kenyataan ini telah diinterprestasikan secara salah, bahwa vitamin E berkasiat untuk menyuburkan atau kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya sterilitas Vitamin K berperan dalam sistem pembekuan darah, oleh kerena itu kekurangan vitamin K dapat menyebabkan darah sulit untuk menggumpal. Sebagaian dari vitamin K yang diperlukan tubuh, dihasilkan oleh mikroflora (bakteri) yang terdapat dalam usus.

Mineral

Kalsium tidak hanya berperan pada pembentukan tulang dan gigi,tetapi juga mempunyai fungsi penting pada berbagai proses fisiologis dan biokimia didalam tubuh, seperti pada pembentukan darah, membantu regulasi aktifitas otot-otot kerangka,jantung dan jaringan-jaringan lain, trasmisi impul-impul syaraf,memelihara dan meningkatkan fungsi membrane sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon, kekurangan atau ketidaksempurnaan metabolisme kalsium dapat menyebabkan penyakit osteoporosis ,osteomalacea,ricketsia atau rachitis. Pengeluaran (ekskresi) kalsium dalam urin dipengaruhi oleh tingkat konsumsi protein, yaitu makin banyak protein yang dikonsumsi makin banyak kalsium yang dikeluarkan melalui urin. Selain sebagai komponen pembentukan tulang bersama-sama dengan kalsium,fospor terdapat pada hampir semua elemen penting seperti DNA (deoxyribo nucleicacid), RNA (ribo nucleic acid) yang merupakan senyawa utama dalam sel sebagai penentu genetika. Oksidasi karbohidrat dalam membentuk ATP juga memerlukan fosfor, demikian juga dengan fosfolipid yang merupakan komponen membran sel pembentukan fosfor. Magnesium berperan dalam berbagai reaksi enzimiatis, antara lain enzim – enzim yang berkaitan dengan metabolisme glukosa secara anaerobic, siklus krebs, oksidasi asam lemak, hidrolis pirofosfat dan aktivasi asam lemak ( reaksi antara asam lemak dengan koenzim A ) Kekurangan magnesium pada hewan percobaan menyebabkan perubahan pada syaraf otot, pertumbuhan terhambat dan klasifikasi ginjal ( menumpuknya kalsium pada ginjal )

Mineral natrium, kalium dan khlor terdapat hampir diseluruh cairan dan jaringan lunak tubuh. Mineral natrium dan khlor terdapat cairan diluar sel, sedangkan kalium merupakan elektrolit utama cairan didalam sel. Mineral – mineral ini sangat penting dalam mengatur tekanan osmotic, keseimbangan asam basa dan memegang peranan penting dalam metabolisme air. Percobaan pada tikus memperlihatkan bahwa defesiensi mineral natrium mempunyai pengaruh negative terhadap nafsu makan, peningkatan berat badan, penyimpanan energi dan sentesis lemak ataupun protein konsumsi NaCl yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan tubuh karena akan meningkatkan tekanan darah . Konsumsi garam yang berlebihan menyebabkan meningkatnya retensi air didalam tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya edema. Pada manusia defisiensi kalium dapat menyebabakan kelemahan dan parlisis otot.

Zat besi merupakan komponen hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen didarah ke sel – sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glucose, lemak dan protein menjadi energi ( ATP ). Besi juga merupakan bagian mioglobin yaitu molekul yang mirip hemoglobin yang terdapat disel – sel otot, yang juga berfungsi mengangkut oksigen. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah yang membuat daging menjadi berwarna merah. Disamping sebagai komponen hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidasi xanthine oksidase, suksinat dehidrogenase, katalase dan peroksidasi. Kekurangan zat besi menyebabkan kadar hemoglobin didalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia, 99 % dari anemi disebabkan oleh kekurangan zat besi selain itu juga menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peke terhadap serangan bibit penyakit.

Cu merupakan bagian dari beberapa enzim, yaitu cytochrom oxsidase, monoamine oxidase, tyrosinase dan superoxide dismutase. Cu juga terlibat dalam metabolisme energi perkembangan tulang, perkembangan jaringan konektif, perkembangan system saraf pusat dan pembentukan tulang, perkembangan jaringan konektif, perkembangan system saraf pusat dan pembentukan darah. Pda manusia defisiensi Cu jarang terjadi. Seng ( Zn ) merupakan bagian dari sekitar 100 metalloenzim, katalis dalam memulai aksi enzim. Seng juga terlibat dalam sintesis protein dan asam nuleat. Gejala kekurangan seng ditandai dengan menurunnya pertumbuhan dan perkembangan organ seksual ( hypogonadism), tidak berkembangnya indera perasa ( hypoglusia) dan indera penciuman ( hyposmia ) penyembuhan luka yang lambat anorexia dan anemia besi.

Fungsi fisiologis selenium berhubungan dengan fungsi vitamin E, memelihara struktur dan fungsi otot, antioksidan, antikarsinogen, dan juga merupakan bagian dari beberapa enzim. Mangan ( Mn ) merupakan antifator beberapa system enzim yang terlibat dalam metabolisme protein, metabolisme energi dan pembentukan mukopolisakarida. Iodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat relative sedikit, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk pembentukan hormone tiroid ( tiroksin dan trio dotironin ). Hormon ini sangat penting untuk pertumbuhan normal, kekurangan iodium dimanifestasikan dengan membesarnya kelenjar gondok. Defesiensi yang berlanjut dapat menyebabkan kekerdilan dan keterbelakangan mental.

Air

Air merupakan suatu zat gizi yang sangat penting, namun peranannya berbeda dengan peranan zat – zat gizi yang lain. Air tidak dicerna terlebih dahulu sebelum diabsorpsidari usus halus. Air tidak mensuplai energi untuk pertumbuhan untuk pemeliharaan atau untuk kerja fisik tubuh, tetapi sebagai zat yang mempunyai sifat – sifat kimia dan fisika yang unik, maka air merupakan suatu media untuk terjadinya reaksi – reaksi kimia dalam tubuh. Selain itu juga berperan dalam reaksi – reaksi biologis dan memegang peranan penting dalam mengatur temperature tubuh, merupakan alat transportasi sebagai komponen utama darah, air akan mengangkut berbagai nutrient kejaringan – jaringan dan membawa senyawa – senyawa metabolic beracun ke ginjal untuk dibuang keluar tubuh. Air berfungsi sebagai pelumas komponen utama air mata, saliva dan mukus.

Makanan sehat untuk ibu menyusui


.


Demi meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, ibu menyusui sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan ikan. Makanan ini mengandung vitamin dan mineral yang penting bagi pertumbuhan bayi. Seperti dikutip dari laman Modern Mom, mengonsumsi makanan sehat saat menyusui juga meningkatkan energi sekaligus meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda.

Sayur-sayuran

Sayuran merupakan sumber utama makanan yang kaya zat besi, serat, folate, beta-carotene, vitamin C, lycopene, flavonoids dan beta-glucans. Makan-makanan kaya zat besi membantu memelihara tingkat energi Anda sekaligus mampu mencegah anemia. Folate atau asam folat sangat penting dalam pembentukan sel darah merah. Jika Anda suka sayuran mentah, coba makan bayam, selada, tomat, ketimun, dan jamur. Jika Anda memilih sayuran yang telah dimasak, pertimbangkan gambas, kacang polong, jagung, kentang, dan labu. Anda sebaiknya makan 3-5 hidangan sayuran setiap hari.

Buah-buahan

Buah yang sehat dan warnanya terang bagus dikonsumsi setelah makan. Kandungan vitamin A, B, K, dan C dalam buah baik untuk membangun sistem kekebalan tubuh Anda dan bayi. Asupan buah juga membantu tubuh penyerapan zat besi. Konsumsi buah-buahan seperti blackberry, blueberry, boysenberries dan stroberi sangat disarankan karena mengandung antioksidan dan serat tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan alami, beku atau dijus. Anda harus makan 3-5 porsi buah setiap hari.

Kacang-kacangan

Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak sehat dalam diet Anda. Protein penting memperbaiki sel-sel vital dalam tubuh. Banyak kacang-kacangan yang juga mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Tingkat cukup kalsium diperlukan untuk membangun tulang yang sehat dan gigi. Kacang juga baik untuk camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan pistachio.

Ikan
Ikan tinggi omega 3 yang penting bagi pertumbuhan bayi. Tapi ingat, menurut US Environmental Protection Agency (EPA), ibu menyusui tidak boleh makan ikan hiu, ikan todak, makarel raja, atau ikan ubin karena tingkat kandungan merkurinya sangat tinggi. Ikan salmon pollock tuna dan ikan patin masih aman dikonsumsi 12 ons seminggu karena termasuk jenis ikan rendah merkuri. • VIVAnews

http://www.infogizi.com/318/makanan-sehat-untuk-ibu-menyusui.html

Aryo Menak dan Tujuh Bidadari


.


Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan. Pada suatu bulan purnama, ketika dia beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tujuh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana.

Ia sangat terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya untuk memiliki seorang diantara mereka. Iapun mengendap-endap, kemudian dengan secepatnya diambil sebuah selendang dari bidadari-bidadari itu.

Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di sorga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa selendangnya. Iapun sedih dan menangis.

Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Ditanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: “Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu.”

Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya.

Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya Menak tidak boleh menyaksikannya.

Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. Tindakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna.

Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun makin berkurang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bidadari itu ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu melihat selendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat terbang ke istananya.

Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya, bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi

(Disadur dari Ny. S.D.B. Aman,”Aryo Menak and His Wife,” Folk Tales From Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1976)

Tolong Berhenti Merusaknya


.


osevern-suzuki-earth-summit-rio-de-janeiro-1992sting kali ini bukan berisi cerita dongeng, tetapi akan segera menjadi dongeng bagi anak-cucu kita. Sangat perlu bagi teman-teman untuk menyimak posting ini, karena di masa depan akan ada banyak-banyak dongeng untuk anak-cucu kita, dongeng ini bukan dongeng tentang peri, hewan yang bisa berbicara, tumbuhan yang menangis, keajaiban yang terjadi, dan lain-lain seperti dongeng biasa yang pernah kita dengar atau baca. Dongeng ini bercerita tentang kehidupan saat ini, hutan hari ini, kehidupan yang akan punah ketika anak-cucu kita beranjak dewasa. Apa yang bisa kita ceritakan kepada mereka ketika mereka bertanya tenang kucing besar dengan warna loreng? Apakah kita memulai dengan ‘Pada suatu masa’ atau ‘Alkisah, di sebuah hutan’?

Ini bukan dongeng, ini kenyataan.

Di sini juga saya ingin berbagi cerita mengenai seorang anak yang bernama Severn Suzuki pada usia 12 tahun berpidato di forum PBB pada acara tahun 1992. Silahkan simak ceritanya di bawah ini.



Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yang bernama Severn Suzuki seorang anak yang pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children’s Organization (ECO).

ECO sendiri adalah Sebuah kelompok kecil anak-anak yang mendedikasikan diri Untuk belajar dan mengajarkan pada anak-anak lain mengenai masalah-masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan Hidup PBB (UN Earth Summit) pada tahun 1992, dimana pada saat itu Seveern yang berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yang memberikan pengaruh besar (dan membungkam) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yang disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bias membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang-orang terkemuka yang berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (sumber The Collage Foundation)

Asal Usul Banyuwang


.


Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.

“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.

“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.

Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.

Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. ” Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.

Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.

“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.

Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.

Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

Sumber: Cerita Asli Indonesia Terbitan Elexmedia

Asal Nama Kota Bandung


.


Mengenai asal-usul nama “Bandung”, dikemukakan berbagai pendapat. Sebagian mengatakan bahwa, kata ‘Bandung” dalam bahasa Sunda, identik dengan kata “banding” dalam bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabandeng (Sunda) berarti berdampingan atau berdekatan. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia (1996), bahwa kata “Bandung” berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan.

Pendapat lain mengatakan, bahwa kata “bandung” mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng adalah sebutan untuk genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi “Bandung”. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa kata “Bandung” berasal dari kata “bendung”. Pendapat-pendapat tentang asal dan arti kata “Bandung” itu, rupanya berkaitan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu yang meletus pada masa holosen (± 6000 tahun yang lalu). Akibatnya, daerah antara Padalarang hingga Cicalengka (± 30 kilometer) dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang (± 50 kilometer) terendam air menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan “Danau Bandung” atau “Danau Bandung Purba”. Berdasarkan basil penelitian geologi, air “Danau Bandung” diperkirakan mulai surut pada masa neolitikum (± 8000 – 7000 s.M.). Proses surutnya air danau itu berlangsung secara bertahap dalam waktu berabad-abad.

Secara historis, kata atau nama “Bandung” mulai dikenal sejak di daerah bekas danau tersebut berdiri pemerintah Kabupaten Bandung (sekitar dekade ketiga abad ke-17). Dengan demikian, sebutan “Danau Bandung” terhadap danau besar itu pun terjadi setelah berdirinya Kabupaten Band

Legenda Ular n’Daung


.


Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di daerah Bengkulu hiduplah seorang wanita tua dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan tua itu sakit keras.

Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat khusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang dimasak dengan bara gaib dari puncak gunung.

Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon dijaga oleh seekor ular gaib. Menurut cerita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba mendekati puncak gunung itu.

Diantara ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan perasaan takut ia mendaki gunung kediaman si Ular n’Daung. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matahari sehingga tempat tersebut menjadi temaram.

Belum habis rasa khawatir si Bungsu, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dan raungan yang keras. Tanah bergetar. Inilah pertanda si Ular n’Daung mendekati gua kediamannya. Mata ular tersebut menyorot tajam dan lidahnya menjulur-julur. Dengan sangat ketakutan si Bungsu mendekatinya dan berkata, “Ular yang keramat, berilah saya sebutir bara gaib guna memasak obat untuk ibuku yang sakit. Tanpa diduga, ular itu menjawab dengan ramahnya, “bara itu akan kuberikan kalau engkau bersedia menjadi isteriku!”

Si Bungsu menduga bahwa perkataan ular ini hanyalah untuk mengujinya. Maka iapun menyanggupinya. Keesokan harinya setelah ia membawa bara api pulang, ia pun menepati janjinya pada Ular n’Daung. Ia kembali ke gua puncak gunung untuk diperisteri si ular.

Alangkah terkejutnya si bungsu menyaksikan kejadian ajaib. Yaitu, pada malam harinya, ternyata ular itu berubah menjadi seorang ksatria tampan bernama Pangeran Abdul Rahman Alamsjah.

Pada pagi harinya ia akan kembali menjadi ular. Hal itu disebabkan oleh karena ia disihir oleh pamannya menjadi ular. Pamannya tersebut menghendaki kedudukannya sebagai calon raja.

Setelah kepergian si bungsu, ibunya menjadi sehat dan hidup dengan kedua kakaknya yang sirik. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi dengan si Bungsu. Maka merekapun berangkat ke puncak gunung. Mereka tiba di sana diwaktu malam hari.

Alangkah kagetnya mereka ketika mereka mengintip bukan ular yang dilihatnya tetapi lelaki tampan. Timbul perasaan iri dalam diri mereka. Mereka ingin memfitnah adiknya.

Mereka mengendap ke dalam gua dan mencuri kulit ular itu. Mereka membakar kulit ular tersebut. Mereka mengira dengan demikian ksatria itu akan marah dan mengusir adiknya itu. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Dengan dibakarnya kulit ular tersebut, secara tidak sengaja mereka membebaskan pangeran itu dari kutukan.

Ketika menemukan kulit ular itu terbakar, pangeran menjadi sangat gembira. Ia berlari dan memeluk si Bungsu. Di ceritakannya bahwa sihir pamannya itu akan sirna kalau ada orang yang secara suka rela membakar kulit ular itu.

Kemudian, si Ular n’Daung yang sudah selamanya menjadi Pangeran Alamsjah memboyong si Bungsu ke istananya. Pamannya yang jahat diusir dari istana. Si Bungsu pun kemudian mengajak keluarganya tinggal di istana. Tetapi dua kakaknya yang sirik menolak karena merasa malu akan perbuatannya.

Sumber: seasite.niu.edu (Disarikan dari Abdul Hakim. Selusin Cerita Rakyat, CV Danau Singkarak, 1980)

Asal Nama Kota Surabay


.


Setidaknya ada tiga keterangan tentang muasal nama Surabaya. Keterangan pertama menyebutkan, nama Surabaya awalnya adalah Churabaya, desa tempat menyeberang di tepian Sungai Brantas. Hal itu tercantum dalam prasasti Trowulan I tahun 1358 Masehi. Nama Surabaya juga tercantum dalam Pujasastra Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Dalam tulisan itu Surabaya (Surabhaya) tercantum dalam pujasastra tentang perjalanan pesiar pada tahun 1365 yang dilakukan Hayam Wuruk, Raja Majapahit.

Namun Surabaya sendiri diyakini oleh para ahli telah ada pada tahun-tahun sebelum prasasti-prasasti tersebut dibuat. Seorang peneliti Belanda, GH Von Faber dalam karyanya En Werd Een Stad Geboren (Telah Lahir Sebuah Kota) membuat hipotesis, Surabaya didirikan Raja Kertanegara tahun 1275, sebagai pemukiman baru bagi para prajuritnya yang telah berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M.

Versi berikutnya, nama Surabaya berkait erat dengan cerita tentang perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan tentara Tartar (Mongol), Raden Wijaya yang merupakan raja pertama Majapahit, mendirikan kraton di Ujung Galuh, sekarang kawasan pelabuhan Tanjung Perak, dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama Jayengrono makin kuat dan mandiri karena menguasai ilmu Buaya, sehingga mengancam kedaulatan Majapahit.

Untuk menaklukkan Jayengrono, diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura. Adu kesaktian dilakukan di pinggir Sungai Kalimas dekat Paneleh. Perkelahian adu kesaktian itu berlangsung tujuh hari tujuh malam dan berakhir tragis, keduanya meninggal kehabisan tenaga.

Dalam versi lainnya lagi, kata Surabaya muncul dari mitos pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), perlambang perjuangan antara darat dan laut. Penggambaran pertarungan itu terdapat dalam monumen suro dan boyo yang ada dekat kebun binatang di Jalan Setail Surabaya

Versi terakhir, dikeluarkan pada tahun 1975, ketika Walikota Subaya Soeparno menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari jadi Kota Surabaya. Ini berarti pada tahun 2005 Surabaya sudah berusia 712 tahun. Penetapan itu berdasar kesepakatan sekelompok sejarawan yang dibentuk pemerintah kota bahwa nama Surabaya berasal dari kata sura ing bhaya yang berarti keberanian menghadapi bahaya.

Si Pitung


.


itung adalah salah satu pendekar orang asli Indonesia berasal dari daerah betawi yang berasal dari kampung Rawabelong Jakarta Barat. Pitung dididik oleh kedua orang tuanya berharap menjadi orang saleh taat agama. Ayahnya Bang Piun dan Ibunya Mpok Pinah menitipkan Si Pitung untuk belajar mengaji dan mempelajari bahasa Arab kepada Haji Naipin.

Setelah dewasa Si Pitung melakukan gerakan bersama teman-temannya karena ia tidak tega melihat rakyat-rakyat yang miskin. Untuk itu ia bergerilya untuk merampas dan merampok harta-harta masyarakat yang hasil rampasannya ini dibagikan kepada rakyat miskin yang memerlukannya.

Selain itu Pitung suka membela kebenaran dimana kalau bertemu dengan para perampas demi kepentingannya sendiri maka sama Si Pitung akan dilawan dan dari semua lawannya Pitung selalu unggul.

Gerakan Pitung semakin meluar dan akhirnya kompeni Belanda yang saat itu memegang kekuasan di negeri Indonesia melakukan tindakan terhadap Si Pitung. Pemimpin polisi Belanda mengerahkan pasukannya untuk menangkap Si Pitung, namun berkali-kali serangan tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Pitung selalu lolos dan tidak mudah untuk ditangkap oleh pasukan Belanda. Ditambah-tambah Si Pitung mempunyai ilmu kebal terhadap senjata tajam dan sejata api.

Kompeni Belanda pun tidak kehilangan akal, pemimpin pasukan Belanda mencari guru Si Pitung yaitu Haji Naipin. Disandera dan ditodongkan sejata ke arah Haji Naipin agar memberikan cara melemahkan kesaktian Si Pitung, akhirnya Haji Naipin menyerah dan memberitahu kelemahan-kelemahan Si Pitung.

Pada suatu saat, Belanda mengetahui keberadaan Si Pitung dan langsung menyergap dan menyerang secara tiba-tiba. Pitung mengadakan perlawan, dan akhirnya Si Pitung tewas karena kompeni Belanda sudah mengetahui kelemahan Si Pitung dari gurunya Haji Naipin.

Sumber: jagoan.or.id

Legenda Kamandaka Si Lutung Kasarung


.


Cerita ini adalah versil lain dari Lutung Kasarung yang banyak didengar di daerah Sunda. Cerita Lutung Kasarung ini merupakan cerita versi Pasir Luhur. Tidaklah penting mana yang benar antara kedua versi tersebut, yang jelas, cerita-cerita ini untuk menghibur dan dipetik pelajarannya.

Di Jawa Barat pada jaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan Hindu yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor. Kerajaan itu adalah Kerajaan “Pajajaran”, pada saat itu raja yang memerintah yaitu Prabu Siliwangi. Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya.

Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri dari dua Permaisuri, dari permaisuri yang pertama mempunyai dua orang putra, yaitu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar masih kecil ibunya telah meninggal.

Maka Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuudangingsih diambil menjadi Permaisuri oleh Prabu Siliwangi, ia mengadakan perjanjian, bahwa jika kelak ia mempunyai putra laki-laki, maka putranyalah yang harus meggantikan menjadi raja di Pajajaran.

Dari perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Silliwangi mempunyai seorang putra dan seorang putri, yaitu: Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.

Pada suatu hari Prabu Siliwangi memanggil Putra Mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia.

Namun dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa alasan, antara lain alasannya adalah:

* Untuk memerintahkan Kerajaan dia belum siap, karena belum cukup ilmu.
* Untuk memerintahkan Kerajaan seorang raja harus ada Permaisuri yang mendampinginya, sedangkan Banyak Cotro belum kawin.

Banyak Cotro mengatakan bahwa dia baru kawin kalau sudah bertemu dengan seorang putri yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencari putri yang menjadi idamannya.

Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui gunung Tangkuban Perahu, untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat di sana. Pendeta itu ialah Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti dan tahu untuk mempersunting putri yang di idam-idamkannya dapat tercapai.

Namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Banyak Cotro, yaitu harus melepas dan menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan hanya memakai pakaian rakyat biasa. Dan ia harus menyamar dengan nama samaran “Raden Kamandaka”

Setelah Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban Perahu ke arah Timur, maka sampailah Raden Kamandaka kewilayah Kadipaten Pasir Luhur.

Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Karena Patih Reksonoto sudah tua tidak mempuunyai anak, maka Raden Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat Patih Reksonoto merasa sangat bangga dan senang hatinya mempunyai Putra Angkat Raden Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan, maka Patih Reksonoto sangat mencintainya.

Adapun yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur adalah “Adi Pati Kanandoho”. Beliau mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami. Dewi Ciptoroso inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip Ibu raden Kamandaka, dan Putri inilah yng sedang dicari oeh Raden Kamandaka.

Suatu kebiasaan dari Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara menangkap ikan di kali Logawa. Pada upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta para pembesar dan pejabatan pemerintah turut menangkap ikan di kali Logawa.

Pada waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di kali Logawa, tanpa diketahuinya Raden Kamandaka secara diam-diam telah mengikutinya dari belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka dapat bertemu dengan Dewi Ciptoroso dan mereka berdua saling jatuh cinta.

Atas permintaan dari Dewi Ciptoroso agar Raden Kamandaka pada malam harinya untuk dating menjumpai Dewi Ciptoroso di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur tempat Dewi Ciptoroso berada. Benarlah pada malam harinya Raden Kamandaka dengan diam-diam tanpa ijin patih Resonoto, ia pun pergi menjumpai Dewi Ciptoroso yang sudah rindu menanti kedatangan Raden Kamandaka.

Namun keberadaan Raden Kamandaka di Taman Kaputren Bersama Dewi Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal Kaputren mengetahui bahwa di dalam taman ada pencuri yang masuk. Hal ini kemu kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho.

Menanggapi laporan ini, maka Adipatih sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap peencuri tersebut. Karena kesaktian dan ilmu ketangkasan yang dimiliki oleh Raden Kamandaka, maka Raden Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur.

Sebelum Raden Kamandaka lolos dari Taman Kaputren, ia sempat mengatakan identitasnya. Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari Patih Reksonoto.

Hal ini didengar olehh prajurit, dan melaporkan kepada Adipatih Kandandoho. Mendengar hal ini maka Patih Reksonoto pun dipanggil dan harus menyerahkan putra nya. Perintah ini dilaksanakan oleh Patih Reksonoto, walaupun dalam hatinya sangatlah berat. Sehimgga dengan siasat dari Patih Reksonoto, maka Raden Kamandaka dapat lari dan selamat dari pengejaran para prajurit.

Raden Kamandaka terjun masuk kedalam sungai dan menyelam mengikuti arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para prajurit yang mengejar, dilaporkan bahwa Raden Kamandaka dikatakan sudah mati didalam sugai. Mendengar berita ini Adipatih Kandandoho merasa lega dan puas. Nmun sebaliknya Dewi Ciptoroso yang setelah mendengar berita itu sangatlah muram dan sedih.

Sepanjang Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai bertemulah dengan seorang yang memancing di sungai. Orang tersebut bernama Rekajaya, Raden Kamandaka dan Rekajaya kemudian berteman baik dan menetap di desa Panagih. Di desa ini Raden Kamandaka diangkat anak oleh Mbok Kektosuro, seorang janda miskin di desa tersebbut.

Raden Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan Mbok Reksonoto mempunyai ayam jago yang bernama “Mercu”. Pada setiap penyabungan ayam Raden Kamandaka selalu menang dalam pertandingan, maka Raden Kamandaka menjadi sangat terkenal sebagai botoh ayam.

Hal ini tersiar sampai kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini Adipatih Kandadoho menjadi marah dan murka. Beliau memerintahkan prajuritnya untuk menagkap hidup atau mati Raden Kamandaka.

Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku dirinya bernama “Silihwarni” yang akan mengabdikan diri kepada Pasir Luhur, maka ia permohonannya diterima, tetapi asalkan ia harus dapat membunuh Raden Kamandaka. Untuk membuktikannya ia harus membawa darah dan hati Raden Kamandaka.

Sebenarnya Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya adalah Banyak Ngampar Putra dari kerajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari Raden Kamandaka.

Ia oleh ayahnya Prabu Siliwangi ditugaskan untuk mencari saudara kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi gangguan dalam perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya. Dan dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan berpakaian seperti rakyat biasa.

Karena ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten Pasir Luhur, maka ia pun pergi kesana. Setelah Silihwarni menerima perintah dari Adipatih, pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan anjing pelacak menuju desa Karang Luas, tempat penyabungan ayam.

Di tempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi. Silihwari berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kernduan kepada kekasihnya.

Terjadilah persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka, ia pun dapat lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya.

Karena lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka ia pun istirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka dapat menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu diberinya nama desa Karang Anjing.

Raden Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan buntu dan tempat ini ia memberi nama Desa Buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka sampailah di sebuah Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari kejaraan Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka.

Setelah mendengar tantagan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro.

Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata yang pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah putra pajajaran, maka orang yang mendengar merupakan nama versi ke-2, untuk Goa Jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua berpeluka dan saling memaafkan.

Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya.

Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian “Lutung” dan ia disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden.

Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah lutung tersebut hidup-hidup.

Sewaktu akan dibawa pulang, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan.

Setelah sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seorang dari putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan memelihara lutung tersebut.

Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso, maka “Lutung Kasarung” itu menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung.

Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur.

Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso.

Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule Bahas.

Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung.

Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian kebesaran Kerajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro. Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso.

Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat menggantikan menjadi raja di Pajajaran.

Karena tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur.

Sumber: warto.wordpress.com
VN:F [1.9.8_1114]